project of mind-uprising!!!

raise ur hand...................
sebuah pemikiran, sebuah harapan, pemaparan tentang apa yang telah usai, semua yang sedang terjadi atau semua yang akan terjadi, sebuah cerita... kebenaran, kebohongan, kepahitan, kebahagian, realita semu atau sekedar pelarian akan berputarnya roda waktu yang tergulir dalam sebuah lembaran - lembaran halaman yang tergores guratan hitam pena sang aryoz, sebuah torehan cerita yang mungkin belum cukup pantas untuk disisipkan dalam lembaran sejarah..... sekedar petualangan pemikiran saja....... welcome to mind exploration!


Monday, December 24, 2007

MEDIA OF THE YOUTH!

“the decreasing values of idealism among the youth now days”

meruntut pada cikal bakal berdirinya sebuah tempat dimana menjual berbagai macam produk (dalam tanda kutip) adalah buatan lokal memunculkan berbagai macam pemahaman (definisi), mulai dari pemilihan nama, tema yang diusung tiap venue, hingga letak juga sangat berpengaruh pada keberadaannya. Kita mulai dari pemilihan nama, ada yang meng-atasnama-kan sebagai sebuah Distro (dari kepanjangannya jelas distribution outlet), ada juga yang menamakan gallery oleh karena cenderung kepada sisi artistik-nya he….. trus juga ada yang menamakan sebagai sebuah trend-shop hi…….. sebab disini adalah tempat yang menjual semua “jenis” barang “gaul” untuk anak muda.

Emang sih itu semua terserah owner ato pengelolanya namun jika ditelaah ada satu hal yang ironis disini, keberadaan sebuah tempat yang menyediakan, memasarkan, meperdagangkan dengan sebutan apapun tidak lain adalah sebuah media! (definisi dari tempat). Dan tempat ini merupakan media/sarana bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi item ber-label made in indonesia (lokal). Sejujurnya masyarakat (awam) secara umum don’t give a damn! mengenai nama apa aja yang di-semat-kan entah itu toko sekalipun agar dapat lebih diterima dan diminati, oleh karena kesan yang muncul pada semua tampak serupa hingga tidak ada perbedaan antara satu tempat dan yang lain.

Memang itulah yang menjadi substansi umum keberadaan media ini yaitu sebagai alur distribusi dari produsen ke konsumen, sedang secara khusus adalah memberikan pembelajaraan nilai – nilai idealisme (pada buyer terutama) yang terkandung diseluruh produk – produk independen ini. Inilah esensi dari eksistensi sebuah media yang fundamental dan krusial untuk dipahami, yah mungkin terlalu muluk kalo hari gini ngomong doang! (apalage topic-nya berat, ya engga!)

Tapi ini adalah sebuah fakta akan apa yang terjadi disekitar kita dan bersinggungan dengan kita, entah berseberangan ato sepaham ya terserah kita juga kan gimana nyikapinya! Kalo kita punya sikap! He….

Problematika ini dapat sederhanakan dengan bahasa komunikasi yang lebih majemuk dan easily accepted, bagaimanapun juga peranan media ini juga sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya right! Nah jelas bukan! menyampaikan pesan! Berarti harus jelas maksud dari pesan yang akan disampaikan.

Sampai dengan saat ini remaja adalah segmen utama dari produk – produk ini dan mereka merupakan konsumen paling setia sekaligus paling konsumtif untuk membuat clothing maker tetap bernapas panjang!

Disisi yang lain, fungsi mereka (buyer) dalam menggunakan item – item lokal ini terkaburkan oleh karena timbul pemahaman bahwa ini hanyalah trend semata, latest fashion yang mau gak mau harus mereka ikuti biar kesannya up-to-date and happening banguet geto loh! Muncul anggapan produk – produk ini adalah sebuah sarana untuk me-representasi-kan kepribadian yang ingin mereka tunjukkan hingga selanjutnya mereka dengan suka ria berondong – bondong menerima paparan ini kendati jiwa (juga idealisme) yang seharusnya terkandung tidak ada.

Engga heran klo pada akhirnya produk indie tak ubahnya bagaikan produk2 yang bisa dibeli dimall2 dan dept store he……. Konyol isn’t it! Bukan lagi suatu ironi jika hal ini dibaca para pemodal oleh karena design2 indie bisa kita jumpai dimall ato pun plaza bahkan dijual, dipajang di-emperan jalan huaha……..weekk!

Salah siapakah ini! mereka para creator produk2 indie, ato salah media-nya yang entah berupa distro, gallery, trend-shop, toko whatever….. pakah salah para buyer yang cukup geblek tuk terlibas dalam lingkaran ini ato bahkan sang penulis yang dengan seenaknya menghamili eh…. Menghakimi hal ini. Salah siapakah ini sehingga terdapat jarak yang cukup jauh antara harapan dan realita berakibat lingkungan tak lagi menerima produk indie sebagai bentuk pemberontakan, penolakan terhadap penindasan terlebih sarana para creator dalam nunjukin sikap. Tapi konkritnya hanyalah fashion trend yang lagi in aja, trend yang lagi musim aja! jadi kalo engga punya engga gaul loh! Suck isn’t it!

Dari semua komponen ini sebenarnya tidak ada pihak yang benar – benar dirugikan oleh fenomena ini sebab clothing maker bisa terus jalan (produksi) asal produk mereka laku dan para distributor (baca ;media apa pun namanya such as distro, toko, gallery even a trend-shop.etc) pun engga ada masalah selama mereka juga dapat keuntungan dari proses ini. yah semisal bayar sewa tempat, listrik, gaji shopkeeper adalah hasil yang bisa didapat seiring roda perdagangan berputar, dari segi pembeli mereka cukup puas dengan keberadaan distributor selama bisa memenuhi kebutuhan mereka dalam mengkonsumsi barang yang lagi “in” or in other word up to date geto loh!

Semua proses “perdagangan” ini akan tetep berjalan dan akan tetap menguntungkan meski tidak mempedulikan nilai – nilai idealisme yang terkandung, meski muatan yang terkandung nothing, pesan yang ditunjukkan sampai maksud yang ingin disampaikan pun tidak mengena bukan masalah yang penting barang kita laku, profit masuk dan bisnis jalan terus yap broer! Jangankan ber-bicara muatan yang diusung palage mikirin pembelajaran kepada target yang dituju dari keberadaan produk local he…. yah gampangnya EGP lah! (emang gw pikirin!)

Nah inilah yang semakin mengaburkan substansi fundamental dari pergerakan independent, oleh karena indie-movements (baca;perlawanan) menjadi acuan dasar bagi hal2 yang berhubungan dengan produk lokal entah itu accessories, T-shirts, polo shirts, shoes, truckers etc. Maka harus ada sikap yang ditunjukkan, apa pesan yang dibawa terlebih perlawanan terhadap sesuatu yang menjadi alasan utama gerakan ini pada mulanya akan tetapi masih belum dapat dipahami oleh temen – temen.

Jikalau kita bertanya ini salah siapa? maka jawabnya adalah “salah kita semua” sebab kita telah dikalahkan oleh makna yang seharusnya kita jadikan patokan, pesan yang seharusnya kita sampaikan untuk dapat diterima, dipahami oleh pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Memberikan pembelajaran kepada para konsumen bahwa produk2 tersebut bukan hanya sebuah komponen pelengkap tubuh melainkan sebuah harapan akan lahirnya sebuah perubahan yang lebih baik dihari esok. Nyatanya kita telah terlindas oleh realita yang membutakan langkah hingga terjebak dalam idealisme yang ber-metamorfosa menjadi kaki-tangan para pemilik kuasa.

Apakah separah ini realita yang ada disekitar kita! entah itu komunitas clothing, komunitas zine, music sampai media sebagai distributor. Apakah sudah tidak ada lagi idealisme yang diusung? Apakah emang semua udah berlandaskan business oriented aja? Apakah semua benar – benar miskin jati-diri hingga melupakan ideology local act! Hanya kalian sendiri yang dapat mengukur maupun menilai sejauh mana peran anda dalam lingkaran ini, sedang saya hanyalah mediator dalam memaparkan jendela realita dalam lingkungan social kita. Bagaimana untuk merubahnya! mungkin jangan gegabah dengan melihat dari sekitar anda trus berkoar tapi lihatlah dari diri-mu dulu apakah selama ini yang elo lakuin uda sesuai dengan jalur perjuangan indie-movements sesungguhnya, jika sudah maka segera mulailah dari pribadi anda sendiri dan mulailah saat ini juga!

No comments:

Post a Comment

hi there... just visit, just read or just kiddin! sumonggo, its okay... dont get mad or get wet.. he...