project of mind-uprising!!!

raise ur hand...................
sebuah pemikiran, sebuah harapan, pemaparan tentang apa yang telah usai, semua yang sedang terjadi atau semua yang akan terjadi, sebuah cerita... kebenaran, kebohongan, kepahitan, kebahagian, realita semu atau sekedar pelarian akan berputarnya roda waktu yang tergulir dalam sebuah lembaran - lembaran halaman yang tergores guratan hitam pena sang aryoz, sebuah torehan cerita yang mungkin belum cukup pantas untuk disisipkan dalam lembaran sejarah..... sekedar petualangan pemikiran saja....... welcome to mind exploration!


Sunday, December 28, 2008

Remaja Surabaya rentan HIV / AIDS

Gaya hidup global (global life style) remaja saat ini sangat mengkhawatirkan. Apa yang terjadi di Amerika Serikat (AS) atau Indonesia adalah sama. Seperti juga perilaku seks bebas.
“Remaja yang berperilaku seks bebas berisiko tinggi tertular HIV. Sama dengan pengguna narkoba suntik atau IDU,” kata Dr Andik Wijaya MrepMed, pakar seksolog, Minggu (25/11). Rata-rata mereka berusia kurang dari 20 tahun, dan akan meninggal dunia saat berusia 30 tahun.
Jika tidak ada intervensi pada kelompok berisiko tinggi dan menengah tertular HIV, diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 1,5 juta orang tidak dapat diselamatkan dari penularan HIV. Kini, terdapat 2,5 juta kasus HIV di Indonesia, dan sebagian besar adalah kalangan muda.
Berdasar penelitian yang dilakukan beberapa lembaga selama tujuh tahun ini, perilaku seks bebas pada remaja Indonesia, termasuk Surabaya, mengalami peningkatan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional pernah meneliti 8.084 remaja usia 15-24 tahun di 20 kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung.
Hasilnya, 39,65 persen responden pernah berhubungan seksual sebelum menikah. Sekitar 46,2 persen di antaranya berkeyakinan bahwa melakukan hubungan seksual satu kali tidak akan mengakibatkan kehamilan. “Padahal itu tidak benar. Meski pakai kondom, keberhasilannya hanya 13 persen saja,” ucap Andik.
Sedangkan hasil penelitin Synovate Research pada 450 responden usia 15-24 tahun di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan menunjukkan 65 persen remaja tahu tentang seks dari teman dan 35 persen dari film porno.
“Media sangat berpengaruh juga. Jika menonton televisi selama lima jam sehari, maka 14.000 perilaku seks yang sudah dilihat pemirsa,” tegas Andik. Entah yang intercourse (hubungan seks) saja, tapi juga petting (hanya menempelkan alat kelamin saja) dan kissing (berciuman). Rumah pun menjadi tempat favorit untuk berhubungan seks, yaitu 40 persen. Lainnya, 26 persen di kos dan 26 persen di hotel.
Remaja yang pernah berhubungan seks ini, ada kemungkinan tertular penyakit infeksi klamedia atau gonorrhea atau penyakit menular seksual (Sexually Transmited Disease (STD). Kedua penyakit ini merupakan pemicu munculnya HIV/AIDS.
Bagaimana dengan kondisi di Surabaya? “Kami belum ada penelitian tentang penularan penyakit itu di Surabaya,” kata Andik. Dipaparkan kondisi di AS yang tidak jauh beda dengan Indonesia. Di sana, terdapat 1,4 juta remaja tertular HIV. Sekitar 500.000 meninggal dunia dan 40.000 kasus baru muncul tiap tahunnya. Sebanyak 929.462 orang menderita infeksi klamedia dan 330.132 orang mengidap penyakit menular seksual atau Sexually Transmited Disease (STD).
Otomatis, perilaku seks bebas berpotensi meningkatkan pasien HIV/AIDS. Masalahnya, pengetahuan seks para remaja masih minim. Sehingga dibutuhkan pendidikan seks sejak dini untuk mencegah peningkatan perilaku seks bebas.
Ditambahkan oleh Kepala Sekolah SMA Cita Hati Erlangga Pramudya Dharma, pendidikan seks berupa seminar dan pelatihan sudah diterapkan di sekolahnya. Rencananya, bersama Andik akan dikembangkan untuk murid SD kelas 5 dan 6 pada bulan Januari 2008.
“Mereka itu kan memasuki masa pre pubertas. Minim mereka harus dipersiapkan menerima perubahan bentuk tubuhnya nanti,” jelas Andik.
Esthi Susanti Hudiono, Sekretaris tetap Komite Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Surabaya, mengatakan hingga saat ini Klinik Perempuan Hotline yang dikelolanya sudah menerima 11 remaja perempuan yang positif HIV.
Sementara itu, data kunjungan pasien UPIPI hingga bulan September 2007 menunjukkan 1.334 orang yang menjalani rawat jalan. Rinciannya, 1.071 pasien laki-laki, 221 pasien perempuan dan 42 pasien anak-anak. Usia pasien tertinggi berusia 20-19 tahun.
Prof dr Sunaryadi Tejawinata SpTHT FAAO PGD Pall Med (ECU), di sela-sela Seminar Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan VI Paliatif di Isyana Ballroom Hotel Hyatt Regency Surabaya, mengatakan bahwa paliatif merupakan metode pengobatan paling tepat juga untuk pasien HIV/AIDS disamping terapi obat antiretroviral (ARV).
Penerapan perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS dilaksanakan sejak diagnosa awal. Tujuannya, memperbaiki kualitas hidup pasien. Sekitar 90 persen rasa nyeri yang dialami pasien HIV/AIDS disebabkan oleh penyakitnya sendiri atau efek samping pengobatan.
Paliatif yang menekankan pada peningkatan kualitas hidup mampu membantu 50 persen pasien HIV/AIDS yang rata-rata kurang merasa percaya diri.
Memeringati Hari AIDS sedunia pada 1 Desember 2007 nanti, akan digelar pendidikan pantang seks (abstinence education) untuk 10.000 pelajar oleh YADA Institute bekerjasama dengan KPAD Surabaya.